FIRING ORDER, TABLE SEQUENCE & VALVE TIMING

FIRING ODRDER, TABLE SEQUENCE & VALVE TIMING

FIRING ORDER

Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang mempunyai jumlah silinder lebih dari 1 ( satu ).

Contoh : Engine dengan cylinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 5 - 3 – 6 – 2 – 4, maka proses pembakaran dimulai dari silinder No.1, dilanjutkan silinder No.5, No.3, No.6, No.2 dan No.4.

Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang ditimbulkan oleh piston seimbang ( balance ). Baik pada saat kompresi, maupun pembakaran, tidak menimbulkan puntiran pada getaran yang tinggi.

Pada 4 langkah motor diesel dengan 1 silinder, piston bergerak 4 kali, menghasilkan satu kali pembakaran. Atau dua kali putaran crank shaft, menghasilkan 1 kali pembakaran.

Pada unit D155A-6 menggunakan firing order 1-5-3-6-2-4

Sedangkan pada unit HD785-7 menggunakan firing order R1-L1-R5-L5-R3-L3-R6-L6-R2-L2-R4-L4.

TABLE SEQUENCE

Adalah suatu table yag menyatakan urutan langkah dan urutan pembakaran yang terjadi pada engine, baik engine dengan satu silinder atau lebih.

Table sequence 1 cylinder

Beda langkah adalah 180 derajat, penghitungan ini didapatkan dari 720 derajat (2 kali putaran crankshaft) dibagi 4 langkah piston (intake, compresi, power dan exhaust).



Table sequence 4 cylinder

Firing order (FO) = 1-3-4-2

Beda langkah setiap cylinder = 720O / 4 cylinder = 180o.


Firing order (FO) = 1-4-3-2

Beda langkah setiap cylinder = 720O / 4 cylinder = 180o.


Table Sequence 6 Cylinder


Firing order (FO) = 1-5-3-6-2-4

Beda langkah setiap cylinder = 720O / 6 cylinder = 120o.



VALVE TIMING

Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust.

Misalkan engine SAA6D140E-5 dengan data  FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 – 4 dan kondisi :

·       Valve intake terbuka = 20 B T D C ( Before top dead center ).

·       Valve intake menutup = 30 A B D C ( After bottom dead center ).

·       Valve exhaust membuka = 55 B B D C ( Before bottom dead center ).

Valve exhaust menutup = 20 A T D C ( After top dead center ).




Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine SAA6D140E-5 adalah :

Intake stroke                     = 20 + 180 + 30 = 230o.

Compression stroke          = 180 - 30 = 150o.

Power stroke                     = 180 - 55 = 125o.

Exhaust stroke                  = 55 + 180 + 20 = 255o.

Total stroke                       = 230 + 150 + 125 + 255 = 760o.

Jadi over lapping               = 760 - 720 = 40o.

 

Catatan tambahan :

·     Setengah lingkaran sama dengan sudut 180o.

·     Satu lingkaran penuh sama dengan 360o.

·     Satu kali pembakaran memerlukan 2x putaran crankshaft atau sama dengan 2 kali lingkaran penuh, yang artinya 360o * 2 = 720o.

·     Untuk penghitungan overlapping bisa dilakukan dengan cara menambahkan bagian atas intake valve open dengan bagian atas valve exhaust close. Berarti 20o + 20o = 40o.


·     Overlapping adalah kondisi pada saat intake valve dan exhaust valve sama – sama kondisi terbuka.

·     Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan pembilasan gas bekas di dalam silinder. Hal ini terjadi pada saat exhaust valve belum tertutup dan intake valve sudah terbuka.

·     Intake valve tertutup di 30o ABDC (After Bottom Dead Center) untuk meningkatkan jumlah udara yang masuk ke dalam ruang bakar dan memperingan kerja dari piston pada saat proses compressi.

·     Exhaust valve mulai terbuka di 55o BBDC (Before Bottom Dead Center) untuk mencegah terjadinya engine low power. Karena pada saat 55o BBDC gas buang sudah mulai di release (dibuang) ke muffler, sehingga pada saat piston bergerak dari BDC ke TDC pressure (tekanan) gas buang tidak akan membebani engine dan mudah untuk dikeluarkan.


Untuk lebih jelasnya silahkan simak penjelasan video di bawah ini,


Terima kasih dan semoga bermanfaat.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama